Peternak Cilik (Akarakingdoms/Freedigitalphotos.net) |
Di sebuah peternakan yang
terletak di Lampung, Indonesia, seorang Sarjana Peternakan tinggal bersama
suami dan seorang anaknya yang berusia dua tahun. Tika, nama Sarjana Peternakan
itu, adalah seorang Supervisor di perusahaan peternakan tempatnya bekerja sekarang.
Peternakan sapi potong ini berjarak tiga jam dari kota Bandar Lampung, sebuah
jarak yang cukup melelahkan jika ditempuh setiap harinya. Ia dan suaminya yang
juga menjadi karyawan di tempat yang sama memutuskan untuk menetap di mes
karyawan yang disediakan oleh kantor. Suasana masih cukup menyenangkan sampai
mereka punya anak. Untuk bersenang-senang dan mencari suasana baru, setiap
akhir pekan mereka akan pergi ke kota. Mereka menjalani kehidupan itu, namun
menyadari bahwa jika anak mereka suatu saat akan beranjak besar dan memasuki
usia sekolah. Mereka harus mencari tempat tinggal lain agar anak mereka dapat
belajar dengan baik.
Seandainya perusahaan
tempat Tika bekerja mengadopsi model peternakan di Belanda, mungkin Tika tidak
harus susah payah mencari tempat untuk menyekolahkan anaknya. Di Belanda, mulai
tumbuh tempat penitipan anak dengan konsep menyatukan peternakan dengan daycare, mereka menyebutnya multifunctional agriculture.
Konsep care farm ini tumbuh dengan pesat dari
75 buah di tahun 1998 menjadi 591 buah di tahun 2005. Bukan saja menjaga anak-anak,
care farm tersebut juga ada yang
memfasilitasi para klien psikiatri, penyandang autisme, dan orang lanjut usia.
Istilah care farm digunakan oleh
Hassink, et al (2006) dalam papernya yang dirilis oleh Wageningen University,
untuk menyebut penggunaan peternakan agrikultural sebagai tempat mempromosikan
kesehatan mental dan fisik manusia, dan kesejahteraan sosial.
Orang Belanda menyadari
perlunya peternakan di wilayah pedesaan di Belanda kembali menjadi lebih dekat
dengan warga sekitarnya. Para orang tua yang bekerja memerlukan tempat terbaik
untuk menitipkan anak-anak mereka, dan para pemilik peternakan memiliki area
yang luas yang dapat memuaskan rasa ingin tahu anak-anak pada tahap eksplorasi
mereka. Het Snuitje, yang terletak di Veghel, Belanda bagian selatan, adalah
salah satu peternakan yang mengadopsi konsep multifunctional agriculture ini. Jim Ketelaars, pemilik peternakan
ini menyatakan, para orang tua memilih day
care mereka karena luas tempatnya, ketenangannya, dan besarnya kemungkinan
anak-anak berhubungan dengan hewan.
Anak-anak dikelompokkan
menjadi mereka yang berusia 0-4 tahun, serta kegiatan ekstrakurikuler disiapkan
untuk anak-anak yang lebih besar hingga usia 13 tahun. Anak-anak yang lebih
besar dapat membantu mengajari anak-anak yang lebih kecil, sehingga mereka
belajar untuk menjadi lebih bertanggung jawab. Para pengasuh berperan untuk
memandu anak menjalani kegiatan sehari-hari mereka dengan melihat hewan ternak,
memelihara kelinci, mengambil telur ayam dari kandang, bahkan langsung
memasaknya. Mereka mengajari anak-anak tersebut bahwa telur ayam tidak hanya
didapatkan dari supermarket, melainkan melihat prosesnya sejak ayam tersebut
bertelur bahkan hingga telur menetas menjadi anak ayam. Tempat ini juga
menyiapkan kebun untuk menanam strawberry dan tomat agar anak-anak dapat
memetik sayuran dan buah-buahan sendiri dari kebun.
Anak-anak yang sejak
kecil sudah dekat dengan hewan dan tanaman, belajar menghargai asal dari makanan
yang mereka makan. Diharapkan bila mereka dewasa, mereka akan menjadi agen yang
memperjuangkan konsep ketahanan pangan bagi negaranya. Saat ini saja, Belanda
sudah menjadi negara produsen agrikultur nomor dua di dunia, dengan
mendayagunakan luas lahan pertanian sebesar 4,15 juta hektare, atau lebih dari
separuh keseluruhan luas daratan yang dimiliki negara tersebut.
Di Indonesia, saat ini
konsep yang mirip dengan multifunctional
agriculture tersebut sudah mulai dikenalkan melalui sekolah alam. Anak-anak
mulai dikenalkan dengan cara bertani dan beternak, mengenal hewan ternak di
sekitar mereka. Hanya saja, model sekolah tersebut belum terintegrasi dengan
peternakan yang sebenarnya. Dengan mencoba mengadopsi konsep multifunctional agriculture, maka peternakan-peternakan
yang ada di Indonesia dapat semakin dekat mengenalkan anak-anak di lingkungan
sekitar dengan kehidupan agrikultur. Orang tua seperti Tika dan suaminya
mungkin tidak perlu lagi bingung mencarikan tempat berkegiatan bagi anak
mereka. Dan tidak mustahil pula di masa yang akan datang, tempat seperti ini
akan berkembang menjadi sekolah yang akan mewariskan generasi penerus yang
melanjutkan kegiatan beternak dan bercocok tanam.
Artikel ini ditulis dalam rangka Holland Writing Competition 2015, telah lebih dahulu dimuat di http://hwc2015.nvo.or.id/390-taman-bermain-multifungsi-mengenalkan-anak-sejak-dini-dengan-agrikultur/
Artikel ini ditulis dalam rangka Holland Writing Competition 2015, telah lebih dahulu dimuat di http://hwc2015.nvo.or.id/390-taman-bermain-multifungsi-mengenalkan-anak-sejak-dini-dengan-agrikultur/
Bahan bacaan:
Holland Trade. 2013. Agriculture and Food: Holland is world
leading exporter of agri-cultural products, Netherland Enterprise Agency, http://www.hollandtrade.com/sector-information/agriculture-and-food/?bstnum=4909 diakses pada tanggal 27 April 2015 pukul 00:57
WIB
J. Hassink, et al. 2006. Current status and potential of care farms
in the Netherlands, Wageningen University http://ac.els-cdn.com/S1573521407800029/1-s2.0-S1573521407800029-main.pdf?_tid=d43777c6-ec29-11e4-8218-00000aab0f02&acdnat=1430062692_4a06d2891aaafcc1d9cf8e2f2a850930 diakses pada tanggal 27 April 2015 pukul 00: 47
WIB
Kinderopvang Het Snuitje
website, https://kdvhetsnuitje.nl/ diakses pada tanggal 27 April 2015 pukul 00:50
WIB
Netherland –
Multifunctional Agriculture, https://www.youtube.com/watch?v=yOGMJvkSbGo diakses tanggal 27 April 2015 pukul 00:53 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar