Selasa, 19 Mei 2015

Taman Bermain Multifungsi, Mengenalkan Anak Sejak Dini dengan Agrikultur



Peternak Cilik (Akarakingdoms/Freedigitalphotos.net)

Di sebuah peternakan yang terletak di Lampung, Indonesia, seorang Sarjana Peternakan tinggal bersama suami dan seorang anaknya yang berusia dua tahun. Tika, nama Sarjana Peternakan itu, adalah seorang Supervisor di perusahaan peternakan tempatnya bekerja sekarang. Peternakan sapi potong ini berjarak tiga jam dari kota Bandar Lampung, sebuah jarak yang cukup melelahkan jika ditempuh setiap harinya. Ia dan suaminya yang juga menjadi karyawan di tempat yang sama memutuskan untuk menetap di mes karyawan yang disediakan oleh kantor. Suasana masih cukup menyenangkan sampai mereka punya anak. Untuk bersenang-senang dan mencari suasana baru, setiap akhir pekan mereka akan pergi ke kota. Mereka menjalani kehidupan itu, namun menyadari bahwa jika anak mereka suatu saat akan beranjak besar dan memasuki usia sekolah. Mereka harus mencari tempat tinggal lain agar anak mereka dapat belajar dengan baik.

Seandainya perusahaan tempat Tika bekerja mengadopsi model peternakan di Belanda, mungkin Tika tidak harus susah payah mencari tempat untuk menyekolahkan anaknya. Di Belanda, mulai tumbuh tempat penitipan anak dengan konsep menyatukan peternakan dengan daycare, mereka menyebutnya multifunctional agriculture.
Konsep care farm ini tumbuh dengan pesat dari 75 buah di tahun 1998 menjadi 591 buah di tahun 2005. Bukan saja menjaga anak-anak, care farm tersebut juga ada yang memfasilitasi para klien psikiatri, penyandang autisme, dan orang lanjut usia. Istilah care farm digunakan oleh Hassink, et al (2006) dalam papernya yang dirilis oleh Wageningen University, untuk menyebut penggunaan peternakan agrikultural sebagai tempat mempromosikan kesehatan mental dan fisik manusia, dan kesejahteraan sosial.

Orang Belanda menyadari perlunya peternakan di wilayah pedesaan di Belanda kembali menjadi lebih dekat dengan warga sekitarnya. Para orang tua yang bekerja memerlukan tempat terbaik untuk menitipkan anak-anak mereka, dan para pemilik peternakan memiliki area yang luas yang dapat memuaskan rasa ingin tahu anak-anak pada tahap eksplorasi mereka. Het Snuitje, yang terletak di Veghel, Belanda bagian selatan, adalah salah satu peternakan yang mengadopsi konsep multifunctional agriculture ini. Jim Ketelaars, pemilik peternakan ini menyatakan, para orang tua memilih day care mereka karena luas tempatnya, ketenangannya, dan besarnya kemungkinan anak-anak berhubungan dengan hewan.

Anak-anak dikelompokkan menjadi mereka yang berusia 0-4 tahun, serta kegiatan ekstrakurikuler disiapkan untuk anak-anak yang lebih besar hingga usia 13 tahun. Anak-anak yang lebih besar dapat membantu mengajari anak-anak yang lebih kecil, sehingga mereka belajar untuk menjadi lebih bertanggung jawab. Para pengasuh berperan untuk memandu anak menjalani kegiatan sehari-hari mereka dengan melihat hewan ternak, memelihara kelinci, mengambil telur ayam dari kandang, bahkan langsung memasaknya. Mereka mengajari anak-anak tersebut bahwa telur ayam tidak hanya didapatkan dari supermarket, melainkan melihat prosesnya sejak ayam tersebut bertelur bahkan hingga telur menetas menjadi anak ayam. Tempat ini juga menyiapkan kebun untuk menanam strawberry dan tomat agar anak-anak dapat memetik sayuran dan buah-buahan sendiri dari kebun.

Anak-anak yang sejak kecil sudah dekat dengan hewan dan tanaman, belajar menghargai asal dari makanan yang mereka makan. Diharapkan bila mereka dewasa, mereka akan menjadi agen yang memperjuangkan konsep ketahanan pangan bagi negaranya. Saat ini saja, Belanda sudah menjadi negara produsen agrikultur nomor dua di dunia, dengan mendayagunakan luas lahan pertanian sebesar 4,15 juta hektare, atau lebih dari separuh keseluruhan luas daratan yang dimiliki negara tersebut.

Di Indonesia, saat ini konsep yang mirip dengan multifunctional agriculture tersebut sudah mulai dikenalkan melalui sekolah alam. Anak-anak mulai dikenalkan dengan cara bertani dan beternak, mengenal hewan ternak di sekitar mereka. Hanya saja, model sekolah tersebut belum terintegrasi dengan peternakan yang sebenarnya. Dengan mencoba mengadopsi konsep multifunctional agriculture, maka peternakan-peternakan yang ada di Indonesia dapat semakin dekat mengenalkan anak-anak di lingkungan sekitar dengan kehidupan agrikultur. Orang tua seperti Tika dan suaminya mungkin tidak perlu lagi bingung mencarikan tempat berkegiatan bagi anak mereka. Dan tidak mustahil pula di masa yang akan datang, tempat seperti ini akan berkembang menjadi sekolah yang akan mewariskan generasi penerus yang melanjutkan kegiatan beternak dan bercocok tanam. 

Artikel ini ditulis dalam rangka Holland Writing Competition 2015, telah lebih dahulu dimuat di http://hwc2015.nvo.or.id/390-taman-bermain-multifungsi-mengenalkan-anak-sejak-dini-dengan-agrikultur/

Bahan bacaan:

Holland Trade. 2013. Agriculture and Food: Holland is world leading exporter of agri-cultural products, Netherland Enterprise Agency, http://www.hollandtrade.com/sector-information/agriculture-and-food/?bstnum=4909 diakses pada tanggal 27 April 2015 pukul 00:57 WIB
J. Hassink, et al. 2006. Current status and potential of care farms in the Netherlands, Wageningen University http://ac.els-cdn.com/S1573521407800029/1-s2.0-S1573521407800029-main.pdf?_tid=d43777c6-ec29-11e4-8218-00000aab0f02&acdnat=1430062692_4a06d2891aaafcc1d9cf8e2f2a850930 diakses pada tanggal 27 April 2015 pukul 00: 47 WIB
Kinderopvang Het Snuitje website, https://kdvhetsnuitje.nl/ diakses pada tanggal 27 April 2015 pukul 00:50 WIB
Netherland – Multifunctional Agriculture, https://www.youtube.com/watch?v=yOGMJvkSbGo diakses tanggal 27 April 2015 pukul 00:53 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar