Selasa, 11 Agustus 2009

Kapan ya, anakku bisa berjalan?

15th of August, 2006.

Kebanyakan anak sudah mampu berjalan sendiri, meskipun masih agak limbung, di usia 1 tahun. Tapi tidak sedikit pula yang baru bisa berjalan di atas usia tersebut, 14-15 bulan misalnya. Dan itu hal yang normal dan wajar-wajar saja. Tak urung, banyak pula orangtua yang agak was-was ketika anaknya belum menunjukkan tanda-tanda ingin berjalan di usia 1 tahun.

Anak saya sudah berusia 1 tahun, tapi kok masih senang merangkak? Padahal, teman-teman seusianya sudah mulai berjalan sendiri.
Moms, ini kan bukan lomba!. Banyak faktornya yang mempengaruhi kapan anak mampu berjalan sendiri. Mulai dari keturunan sampai ukuran tubuh.


Coba tanyakan ke orangtua dan mertua Anda, kapan Anda maupun suami pertama kali berjalan?. Para ahli ilmu kesehatan anak tidak menganggap seorang anak mengalami keterlambatan berjalan sampai usia 15 bulan. Bahkan, beberapa anak baru berjalan pada rentang usia 15 – 18 bulan. Waktu untuk berkembang tiap-tiap anak tidak sama, dan untuk kemampuan berjalan ini batas toleransinya sangat lebar.

Katanya anak yang terlambat jalan akan mengalami masalah dalam tumbuh kembang selanjutnya?
Wajar jika Anda khawatir. Tapi coba perhatikan, apakah buah hati Anda mampu tengkurap pada waktunya? Merangkak pada waktunya?. Jika ya, tak usahlah terlalu meributkan keterlambatan jalannya itu. Kecuali selama ini memang ada pola keterlambatan dalam setiap perkembangan motorik kasarnya. Atau jika sampai usia 15-16 bulan, anak tidak juga ada tanda-tanda mau berjalan. Keterlambatan jalan bisa juga disebabkan oleh kondisi-kondisi khusus, seperti otot-otot yang lemah, dislokasi tulang pinggul, atau cerebral palsy. Tetapi sama sekali tidak ada alasan untuk panik sebelum Anda memastikannya dengan dokter.

Oh, dia akan jadi anak yang kurang cakap dalam olahraga.
Tidak ada hubungan antara kecakapan anak dalam bidang olahraga dengan seberapa dini ia mampu berjalan sendiri. Kecakapan berolahraga lebih dipengaruhi oleh faktor motivasi, latihan dan sedikit dipengaruhi oleh tipe badan. Seperti halnya, tidak ada pengaruhnya keterlambatan berjalan dengan perkembangan fisik selanjutnya, IQ, kemampuan bahasa dan bersosialisasi anak.

Dia hanya malas saja!
Sesungguhnya, anak usia batita belum memahami arti kata malas. Di usia 1 tahun, anak dapat merasa sangat terpesona dengan lingkungan sekelilingnya. Ada pula anak yang lebih fokus mengembangkan motorik halusnya. Ia lebih tertarik bermain puzzle atau susun balok, ketimbang berjalan kesana-kemari. Mungkin juga tanpa Anda ketahui sebenarnya si kecil sedang mempersiapkan diri. Diam-diam ia membangun kekuatan tubuhnya, belajar bagaimana memutar tubuh, atau merencanakan gerakan apa selanjutnya. Setelah ia merasa benar-benar siap, Anda lah yang akan dikejutkan dengan debut pertamanya itu. Bagi anak, berjalan adalah serangkaian gerakan yang cukup rumit.

Dia bukan hanya terlambat jalan, tapi juga tidak pernah merangkak.
Sekitar 7 % anak-anak mulai berjalan tanpa melewati fase merangkak terlebih dahulu. Mereka hanya merayap atau bergerak ke depan-ke belakang di atas tangan dan lututnya (onggong-onggong). Bila sampai usia 1 tahun anak tidak juga menunjukkan salah satu dari ketiga tanda-tanda diatas, atau Anda mengamati si kecil mengalami kemunduran dan bukannya kemajuan dalam perkembangannya, segera konsultasi ke dokter.

Sepertinya kami tidak sering melatih anak kami berjalan
.
Ketika dokter berkata bahwa anak Anda akan berjalan bila ia sudah siap, sang dokter bukan sedang menghibur Anda. Kenyataannya, anak-anak memang demikian. Meski demikian, tidak ada salahnya Anda memberikan latihan dan dorongan. Asalkan jangan terlalu memaksa.

-

Pegangi bagian belakang tubuh anak ketika ia berusaha menarik badannya untuk berdiri. Atau, iming-imingi anak dengan mainan kesayangannya dari jarak yang cukup untuk membuat ia melangkah (sambil berpegangan) untuk meraih mainannya itu.
-
Beri si kecil sebuah kotak atau kursi kecil (yang setinggi pinggang anak) untuk ia dorong-dorong. Jangan lupa menyemangatinya agar ia merasa fun.
-

Biarkan si kecil ‘berkeliaran’ dan jatuh-bangun dalam usahanya untuk berjalan. 30 menit ‘latihan’ jalan ini sudah lebih dari cukup untuknya. Dan jangan gunakan baby walker.
-
Tak perlu memburu-buru si kecil. Biarkan saja ia menikmati proses belajarnya. Nanti, ketika ia telah lancar berjalan, Anda lah yang akan terengah-engah mengejarnya.



(EG)

sumber: www.ibudananak.com

Sabtu, 08 Agustus 2009

Skor Apgar

Saat melahirkan Haifa di sebuah rumah sakit di Depok, saya diberi sebuah paspor kesehatan anak, yang berisi catatan kesehatan Haifa dari sejak lahir hingga masa pertumbuhannya nanti. Di bagian depan buku paspor tersebut terdapat istilah-istilah baru yang belum kami pahami. Salah satunya adalah skor Apgar.

Apakah skor Apgar itu?

Skor Apgar pertama kali disusun pada tahun 1952 oleh Dr. Virginia Apgar, sebagai suatu metode sederhana dan dapat dengan mudah diulang untuk menyimpulkan dan mengukur kesehatan bayi yang baru lahir. Apgar adalah seorang ahli anestesi yang mengembangkan skor tersebut untuk mengetahui efek obstetric anesthesia pada bayi.

Skor Apgar ditetapkan dengan mengevaluasi bayi baru lahir berdasarkan lima kriteria dengan skala 0-2, lalu menjumlahkan kelima kriteria tersebut. Skor Apgar keseluruhan berkisar antara 0 sampai 10. Kelima kriteria tersebut (Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration) digunakan agar lebih mudah diingat.


Interpretasi Skor Tes
ini biasanya dilakukan pada menit pertama dan kelima setelah lahir, dan dapat diulang kemudian jika skornya rendah atau tetap rendah. Skor 3 dikategorikan rendah, 4-6 agak rendah, dan skor 7-10 umumnya normal.

Skor yang rendah pada menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir memerlukan perhatian medis, namun belum tentu mengindikasikan terdapat masalah jangka panjang, terutama bila kondisi menunjukkan adanya perkembangan setelah lima menit pertama. Jika skor Apgar tetap di bawah 3 pada waktu-waktu berikutnya, misal pada menit ke 10, 15, atau 30, terdapat resiko bahwa anak akan mengalami kerusakan neurologis jangka panjang.
Mungkin juga terdapat sejumlah kecil namun signifikan, adanya resiko cerebral palsy. Yang perlu diingat adalah meski tes Apgar dimaksudkan untuk mengetahui apakah bayi baru lahir memerlukan penanganan medis cepat, tes tersebut tidak didisain untuk membuat prediksi jangka panjang pada kesehatan anak.


Akronim

Setelah 10 tahun publikasi awal, akronim APGAR digunakan di Amerika Serikat agar lebih mudah menghafalkan kriteria-kriteria dalam tes tersebut: Appearance (skin color), Pulse (heart rate), Grimace (reflex irritability), Activity (muscle tone), dan Respiration. Metode ini disebut metode mnemonic. Cara menghafal ini diperkenalkan pada tahun 1963 oleh dokter anak Dr.Joseph Butterfield.
Akronim yang sama digunakan di Jerman (Atmung, Puls, Grundtonus, Aussehen, Reflexe), Spanyol (Apariencia, Pulso, Gesticulación, Actividad, Respiración) dan Prancis (Apparence, Pouls, Grimace, Activité, Respiration) meskipun setiap katanya memiliki makna yang berbeda.

Tes ini juga direformulasikan dengan metode mnemonic yang berbeda, yaitu How Ready Is This Child, tapi kriteria tetap sama: Heart rate, Respiratory effort, Irritabililty, Tone, and Color.


References

1. ^ Apgar, Virginia (1953). "A proposal for a new method of evaluation of the newborn infant". Curr. Res. Anesth. Analg. 32 (4): 260–267. PMID 13083014. http://apgar.net/virginia/Apgar_Paper.html.

2. ^ Finster M; Wood M. (April 2005). "The Apgar score has survived the test of time". Anesthesiology 102 (4): 855–857. doi:10.1097/00000542-200504000-00022. PMID 15791116.
3. ^ Casey BM; McIntire DD, Leveno KJ (February 15, 2001). "The continuing value of the Apgar score for the assessment of newborn infants". N Engl J Med. 344 (7): 467–471. doi:10.1056/NEJM200102153440701. PMID 11172187.


Jumat, 07 Agustus 2009

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK

Arif (4 tahun, bukan nama sebenarnya) lahir di Tokyo, Jepang, karena ayahnya sedang menjalani kuliah S2 di negara itu. Arif tumbuh sebagai anak yang menunjukkan ketertarikan besar terhadap segala sesuatu. Namun, menjelang usianya yang menginjak tahun kedua, kedua orang tuanya mulai khawatir. Arif tidak dapat berbicara seperti teman-teman seusianya. Apa yang terjadi pada Arif?
Orang tua Arif lalu mengkonsultasikan kondisi Arif kepada dokter setempat. Oleh dokter tersebut, Arif kemudian didiagnosa mengalami speech delayed alias masalah keterlambatan bicara. Rupanya, Arif mengalami kebingungan karena bahasa yang digunakan oleh teman-teman di lingkungannya dan di tempat penitipan anak, yaitu bahasa Jepang, berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh orang tuanya di rumah, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Kepada orang tua Arif, diberikan langkah-langkah agar Arif dapat berbicara seperti teman-teman seusianya.
Kini, Arif telah lulus menjadi Sarjana di salah satu Universitas terkenal di Bandung. Ia kerap menulis dan membuat blog, menghapus kekhawatiran orang tuanya dahulu bahwa Arif masih belum dapat berbicara menjelang usia dua tahun.
Untuk lebih memahami mengenai speech delayed ini, kita perlu memahami tahapan perkembangan berbicara anak pada umumnya.
• Sebelum 12 bulan, bayi mengamati dan menghubungkan suara mereka dengan lingkungan sekitar mereka. Pada tahapan ini, biasanya mereka mengeluarkan suara-suara tanpa arti, seperti “baa”, “taa”, “maa”. Sekitar usia 9 bulan, bayi mulai menggabungkan suara-suara tersebut dengan menggunakan nada yang berbeda, dan menyebutkan kata-kata seperti “mama” dan “dada”, tanpa benar-benar memahami arti dari kata-kata yang mereka ucapkan. Sebelum usia 12 bulan, anak sudah harus menaruh perhatian pada berbagai suara di sekitar mereka. Bayi yang hanya mengamati namun tidak bereaksi terhadap suara mungkin menunjukkan tanda-tanda masalah pendengaran.
• Pada usia 12 hingga 15 bulan, anak mulai menggunakan nada bicara yang lebih beragam dan sudah mengenali setidaknya satu atau lebih kata yang tepat (selain “mama” dan “dada). Biasanya, anak akan mulai menyebutkan kata-kata benda, misalnya “bayi” dan “bola”. Anak juga sudah dapat memahami dan mengikuti satu buah perintah (misalnya, “Tolong ambilkan bolanya”)
• Mulai usia 18 hingga 24 bulan, anak setidaknya sudah memahami sekitar 20 kata pada usia 18 bulan dan 50 kata atau lebih pada usia 2 tahun. Pada usia 2 tahun, anak-anak sudah mulai belajar untuk menggabungkan dua kata, misalnya “Adik menangis” atau “Ayah besar”. Seorang anak berusia 2 tahun sudah harus dapat memahami dua buah perintah yang berurutan (misalnya “Tolong ambilkan bolanya dan bawa cangkir Adik kemari”)
• Mulai usia 2 hingga 3 tahun, terdapat perkembangan pesat pada kemampuan anak berbicara. Kosakata anak akan meningkat. Ia akan menggunakan lebih banyak kata dan mulai menghitung dan anak mulai belajar menggabungkan tiga kata atau lebih menjadi kalimat-kalimat.
Anak akan semakin banyak memahami arti kata-kata. Pada usia 3 tahun, anak mulai memahami apa artinya “letakkan tanganmu di atas meja” atau “simpan di bawah tempat tidur.” Anak juga mulai mengenali warna dan mengembangkan konsep lawan kata, misalnya kecil-besar, atas-bawah.
Kita perlu mewaspadai apabila bayi kita tidak merespon pada bunyi-bunyian atau tidak mengeluarkan suara tertentu. Anak usia 12 bulan sudah harus dapat menunjuk dan melambaikan tangannya untuk dadah. Pada usia 18 bulan, anak akan lebih sering menggunakan suaranya dibandingkan menggunakan bahasa tubuhnya untuk berkomunikasi dengan orang lain. Anak usia ini juga sudah dapat menirukan bunyi-bunyian dan memahami kalimat perintah sederhana.
Kunjungilah ahli (dokter anak atau psikolog) jika seorang anak di atas dua tahun belum dapat menirukan suara atau tindakan, dan belum dapat berucap dengan spontan. Atau jika anak hanya menyebutkan kata-kata atau bunyi tertentu berulang-ulang dan tidak dapat menggunakan bahasa untuk membicarakan hal-hal lain di luar kebutuhannya. Selain itu, orang tua patut mewaspadai jika anak tidak dapat memahami perintah sederhana, menggunakan nada bicara yang tidak biasa (misalnya menggunakan suara hidung).
Pada anak berusia 2 tahun hingga menjelang 3 tahun, orang tua dan pengasuh harus sudah dapat memahami separuh dari ucapan yang diungkapkan oleh anak, dan pada usia 4 tahun, orang lain sekalipun sudah dapat memahami ucapan anak.
Pengenalan masalah keterlambatan bicara sejak dini dapat meminimalisir gangguan bicara dan berbahasa anak pada masa dewasa, dengan penanganan dan langkah-langkah yang tepat. Anak yang pada masa kecilnya sempat mengalami masalah keterlambatan bicara pun akan bertumbuh besar, dan dapat bersosialisasi dengan mudah pada masa dewasanya.
Sumber: kidshealth.org
Hesti Farida Al Bastari
Samarinda, 8 Agustus 2009