Selasa, 05 Maret 2013

Hari Perempuan

Pada tanggal 22 Desember 2011, menjelang gempitanya perayaan libur akhir tahun, bangsa Indonesia menyambut hari yang ditujukan untuk kaum Ibu. Di luar negeri, khususnya sebagian negara Eropa dan Timur Tengah, hari Ibu dirayakan pada bulan Maret, akibat pengaruh kebiasaan memuja Dewi Rhea, ibu para dewa dalam sejarah Yunani kuno.  
Di Amerika Serikat dan negara lain seperti Jepang, Belanda, dan Malaysia, hari Ibu atau Mother’s Day jatuh pada hari Minggu bulan kedua Mei. Mereka memperingati hari dimana aktivis sosial Julia Ward Howe mencanangkan pentingnya perempuan bersatu melawan perang saudara. 

Hanya Bercanda



Beberapa waktu yang lalu, seorang sepuh menanyakan kepada saya melalui sms, perihal seorang calon hakim agung yang berkelakar di hadapan anggota dewan yang terhormat, mengenai hukuman mati bagi pemerkosa perempuan. Sepuh ini, tak habis pikir, bagaimana seorang calon hakim agung dapat berpikir seperti itu. Bukankah seorang hakim itu adalah seorang yang pintar? Seseorang dengan tingkat intelektual yang tinggi? Mengapa ia dapat mengatakan bahwa "dalam pemerkosaan, yang memperkosa dan yang diperkosa sama-sama menikmati"?

My Final Assignment


 
Hesti Farida Al Bastari. 2011. Descriptive Study About The Intergroup Relations between Dayak and Maduranese in Kalimantan Timur.

The background of this research is the intergroup conflict between Dayak and Maduranese ethnic group in West and Central Kalimantan occurred 1996-2001, and the occurrence of intergroup conflict potential in Samarinda, East Kalimantan, which was a fight between two individuals Dayak and Maduranese in 2005. This research aimed to get the description about how the intergroup relations of Dayak and Maduranese in East Kalimantan could be involved in preventing the intergroup ethnic conflict in the province.
This research uses qualitative method, by using primary data from questionnaires, interviews, and observations to five Dayaks and eight Maduranese in Samarinda, East Kalimantan, and secondary data from previous researches, mass media and literatures.The interview guide uses the concept of Intergroup Relations from Smith and Bond (1998) as theoretical frame, that connect the occurrence of intergroup conflict with discrimination, prejudice, stereotyping, and social identity within the members of the groups involved.
The result of this research shows that when the potential conflict occurs in East Kalimantan, the people from each ethnic group have strong social identity, prejudice and discrimination were formed, but did not formed the intergroup conflict between the two ethnic groups. Dayak and Maduranese people in East Kalimantan have a neighborhood and community relationship, so that when the intergroup ethnic conflict occurred, they considered outgroups involved in the conflict were different with the Dayak or Maduranese people that they known already. There were existed the roles of significant figures such as public figures and cultural representatives in avoiding the intergroup ethnic conflict in East Kalimantan.

Keywords: Intergroup Relations, Dayak and Maduranese Ethnic People, social identity, stereotyping, prejudice, discrimination, intergroup conflict

Senin, 04 Maret 2013

Resensi Talaga Malihwarni

Judul Buku: Talaga Malihwarni: Antologi Carpon Sasatoan
Pengarang: Aam Amilia
Tahun Terbit: 2012
Jumlah Halaman: xiv + 74 hlm
ISBN: 978-602-7813-02-1
Penerbit: Syabas Books

 “Nya kumaha deui atuh ari geus papastén mah. Bagja dituang ku manusa mah. Komo ieu ku nu tas ibadah puasa. Da éta téh mahluk Gusti nu pangmulyana, kapan. Hég dunungan urang mah sanajan sangsara gé tara aral subaha. Saroléh salabar. Nya mending dibakakak batan ku cekak,” cék si Jago. Hurik tungkul. (halaman 51)

Demikian sepenggalan paragraf dari cerpen Opor Hayam, salah satu dari tujuh cerpen yang terdapat dalam antologi cerpen sasatoan, Talaga Malihwarni. Hurik merasa melang (khawatir) karena majikannya tidak memiliki lauk untuk dimasak di hari Lebaran. Sempat terjadi perdebatan apakah mereka akan memotong Hurik atau tidak. Tapi perasaan melang Hurik bukan dikarenakan ia akan dipotong, karena ia merasa ikhlas jika menjadi makanan manusia adalah suatu kepastian baginya. Kekhawatirannya lebih disebabkan nasib anak-anaknya jika ia tinggalkan, apakah si Jago akan merawat anak-anaknya dengan baik, dan bagaimana bila anak-anaknya akan mencari dirinya.