Jumat, 07 Agustus 2009

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK

Arif (4 tahun, bukan nama sebenarnya) lahir di Tokyo, Jepang, karena ayahnya sedang menjalani kuliah S2 di negara itu. Arif tumbuh sebagai anak yang menunjukkan ketertarikan besar terhadap segala sesuatu. Namun, menjelang usianya yang menginjak tahun kedua, kedua orang tuanya mulai khawatir. Arif tidak dapat berbicara seperti teman-teman seusianya. Apa yang terjadi pada Arif?
Orang tua Arif lalu mengkonsultasikan kondisi Arif kepada dokter setempat. Oleh dokter tersebut, Arif kemudian didiagnosa mengalami speech delayed alias masalah keterlambatan bicara. Rupanya, Arif mengalami kebingungan karena bahasa yang digunakan oleh teman-teman di lingkungannya dan di tempat penitipan anak, yaitu bahasa Jepang, berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh orang tuanya di rumah, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Kepada orang tua Arif, diberikan langkah-langkah agar Arif dapat berbicara seperti teman-teman seusianya.
Kini, Arif telah lulus menjadi Sarjana di salah satu Universitas terkenal di Bandung. Ia kerap menulis dan membuat blog, menghapus kekhawatiran orang tuanya dahulu bahwa Arif masih belum dapat berbicara menjelang usia dua tahun.
Untuk lebih memahami mengenai speech delayed ini, kita perlu memahami tahapan perkembangan berbicara anak pada umumnya.
• Sebelum 12 bulan, bayi mengamati dan menghubungkan suara mereka dengan lingkungan sekitar mereka. Pada tahapan ini, biasanya mereka mengeluarkan suara-suara tanpa arti, seperti “baa”, “taa”, “maa”. Sekitar usia 9 bulan, bayi mulai menggabungkan suara-suara tersebut dengan menggunakan nada yang berbeda, dan menyebutkan kata-kata seperti “mama” dan “dada”, tanpa benar-benar memahami arti dari kata-kata yang mereka ucapkan. Sebelum usia 12 bulan, anak sudah harus menaruh perhatian pada berbagai suara di sekitar mereka. Bayi yang hanya mengamati namun tidak bereaksi terhadap suara mungkin menunjukkan tanda-tanda masalah pendengaran.
• Pada usia 12 hingga 15 bulan, anak mulai menggunakan nada bicara yang lebih beragam dan sudah mengenali setidaknya satu atau lebih kata yang tepat (selain “mama” dan “dada). Biasanya, anak akan mulai menyebutkan kata-kata benda, misalnya “bayi” dan “bola”. Anak juga sudah dapat memahami dan mengikuti satu buah perintah (misalnya, “Tolong ambilkan bolanya”)
• Mulai usia 18 hingga 24 bulan, anak setidaknya sudah memahami sekitar 20 kata pada usia 18 bulan dan 50 kata atau lebih pada usia 2 tahun. Pada usia 2 tahun, anak-anak sudah mulai belajar untuk menggabungkan dua kata, misalnya “Adik menangis” atau “Ayah besar”. Seorang anak berusia 2 tahun sudah harus dapat memahami dua buah perintah yang berurutan (misalnya “Tolong ambilkan bolanya dan bawa cangkir Adik kemari”)
• Mulai usia 2 hingga 3 tahun, terdapat perkembangan pesat pada kemampuan anak berbicara. Kosakata anak akan meningkat. Ia akan menggunakan lebih banyak kata dan mulai menghitung dan anak mulai belajar menggabungkan tiga kata atau lebih menjadi kalimat-kalimat.
Anak akan semakin banyak memahami arti kata-kata. Pada usia 3 tahun, anak mulai memahami apa artinya “letakkan tanganmu di atas meja” atau “simpan di bawah tempat tidur.” Anak juga mulai mengenali warna dan mengembangkan konsep lawan kata, misalnya kecil-besar, atas-bawah.
Kita perlu mewaspadai apabila bayi kita tidak merespon pada bunyi-bunyian atau tidak mengeluarkan suara tertentu. Anak usia 12 bulan sudah harus dapat menunjuk dan melambaikan tangannya untuk dadah. Pada usia 18 bulan, anak akan lebih sering menggunakan suaranya dibandingkan menggunakan bahasa tubuhnya untuk berkomunikasi dengan orang lain. Anak usia ini juga sudah dapat menirukan bunyi-bunyian dan memahami kalimat perintah sederhana.
Kunjungilah ahli (dokter anak atau psikolog) jika seorang anak di atas dua tahun belum dapat menirukan suara atau tindakan, dan belum dapat berucap dengan spontan. Atau jika anak hanya menyebutkan kata-kata atau bunyi tertentu berulang-ulang dan tidak dapat menggunakan bahasa untuk membicarakan hal-hal lain di luar kebutuhannya. Selain itu, orang tua patut mewaspadai jika anak tidak dapat memahami perintah sederhana, menggunakan nada bicara yang tidak biasa (misalnya menggunakan suara hidung).
Pada anak berusia 2 tahun hingga menjelang 3 tahun, orang tua dan pengasuh harus sudah dapat memahami separuh dari ucapan yang diungkapkan oleh anak, dan pada usia 4 tahun, orang lain sekalipun sudah dapat memahami ucapan anak.
Pengenalan masalah keterlambatan bicara sejak dini dapat meminimalisir gangguan bicara dan berbahasa anak pada masa dewasa, dengan penanganan dan langkah-langkah yang tepat. Anak yang pada masa kecilnya sempat mengalami masalah keterlambatan bicara pun akan bertumbuh besar, dan dapat bersosialisasi dengan mudah pada masa dewasanya.
Sumber: kidshealth.org
Hesti Farida Al Bastari
Samarinda, 8 Agustus 2009

1 komentar:

  1. kunjungan gan :)
    bagi bagi motivasi :
    Sesungguhnya di saat kesusahan teman, satu senyum yang tulus lebih berharga daripada sejuta kata yang tiada guna.
    ditunggu kunjungan baliknya gan :)

    BalasHapus