Senin, 09 Februari 2015

Tentang Aura

Image Courtesy of fotographic1980/ Freedigitalphotos.net

Saya pernah membaca sebuah buku kecil tentang Aura. Saya sungguh penasaran dengan hal yang tidak dapat saya pahami ini. Oh saya bukan orang yang bisa melihat aura, dan tidak bermaksud bisa melihatnya dengan mata kepala saya sendiri, namun jika ada beberapa orang yang dapat melihat aura dengan warna yang sama yang memancar dari tubuh seseorang, seharusnya kita bisa mengatakan bahwa aura itu adalah ilmiah.


Dikatakan bahwa manusia lahir dengan kemampuan untuk melihat warna dengan spektrum warna yang jauh lebih luas dari yang kita lihat sekarang. Bayi kecil baru lihat melihat dengan warna yang terbatas, karena sel kerucutnya yang membuatnya dapat melihat warna-warna belum berkembang secara sempurna. Seiring waktu bayi tersebut akan tumbuh dengan melihat dunia yang lebih berwarna dari kita. Bayangkan melihat dunia ini dengan mata seorang bayi.

Kemampuan bayi dan anak kecil melihat spektrum warna lebih dari orang dewasa bukannya tidak memiliki konsekuensi. Saat bayi bereaksi melihat 'sesuatu' yang lain, maka ia akan lebih mudah merasa penasaran atau bahkan merasa takut. Orang dewasa yang tidak memahami hal ini akan menyatakan bahwa 'hal lain' yang dilihat oleh bayi tersebut adalah hal yang tidak ada. Hanya imajinasi. Khayalan. Akhirnya kemampuan melihat spektrum warna yang lebih luas ini berkurang atau menghilang dengan sendirinya.

Pada beberapa orang, kemampuan tersebut tetap ada. Mata yang dapat melihat spektrum warna lebih luas juga dapat melihat 'energi' yang dipancarkan oleh benda yang dilihatnya. Saat dewasa, apa yang dilihat oleh orang-orang tersebut, tidak sama seperti apa yang dilihat oleh orang biasa.

Belajar melihat aura, memiliki konsekuensi dapat melihat hal-hal lain yang bukan saja aura. Konon mereka yang dapat melihat aura juga dapat melihat energi yang dikeluarkan oleh makhluk halus. Inilah salah satu sebabnya saya enggan belajar melihat aura, meskipun saya mempelajari tentangnya. Seseorang yang memiliki kemampuan untuk melihat aura namun tidak sanggup melihat energi lain yang juga memiliki spektrum warna di luar warna yang dilihat oleh mata biasa, tidak akan mengalami ketenangan dalam menjalani hidupnya. Ia bisa jadi akan merasa takut atau merasa cemas.

Mempelajari aura kemudian menjadi bermakna bagi saya karena ia dapat menjelaskan mengapa kita kadang dapat merasakan kecocokan saat bertemu orang baru untuk pertama kali, merasa tidak nyaman dengan orang yang bahkan belum pernah kita kenal, atau bahkan merasakan kewibawaan yang dipancarkan oleh para pemimpin.

Aura tidak hanya bisa dilihat, tapi bisa dirasakan. Kita mungkin kehilangan kemampuan melihat spektrum warna yang luar biasa jumlahnya itu sewaktu kita kecil, namun kita tidak kehilangan kemampuan untuk merasakannya. Getaran aura dapat dirasakan dan kita bisa semakin peka jika sering berlatih. Saat kita bertemu orang baru, kita kadang merasa langsung cocok atau tidak cocok. Rupanya berdasarkan konsep aura, aura setiap orang itu berbeda-beda. Warna yang berbeda akan menghasilkan energi yang berbeda pula. Seseorang yang merasa takut, senang, sedih, dan seterusnya akan mengalami perubahan-perubahan warna aura, namun ia tetap memiliki sifat dasar berdasarkan warna aura dominan yang dimilikinya. Bila Anda bertemu dengan orang baru dan sudah langsung merasa tidak nyaman dengan orang tersebut, bisa jadi Anda merasakan 'getaran' dari orang itu.

Fenomena ini juga bisa menjelaskan mengapa bila kita sedang merasa sangat lelah sepulang dari luar rumah, dan tidur di ranjang kita sendiri, dengan bantal dan selimut milik kita sendiri, kita akan merasa lebih segar. Hal ini rupanya dikarenakan sebenarnya kita menyisakan sebagian energi kita di barang-barang yang kita miliki. Ini juga yang membuat kita merasakan tidak nyaman bila memasuki rumah kosong yang tidak berpenghuni.

Sebaliknya dari merasa tidak nyaman, kita juga bisa merasa sangat nyaman saat berkenalan dengan orang baru. Bisa jadi aura yang dimiliki oleh kita dan orang itu berada di frekuensi yang sama. Keberadaan aura ini juga mungkin bisa menjadi dasar psikologi warna. Kadang kita pun menggunakan kata-kata yang menunjukkan warna yang dapat diartikan kata sifat: "mendung kelabu", "cerah ceria", "merah padam", dan sebagainya.

Para pemimpin yang biasa bertemu dengan orang banyak, maka ia dapat memancarkan energi yang menyentuh orang banyak tersebut. Ini juga dapat menjelaskan mengapa kita dapat merasakan hawa kehadiran seseorang di dalam ruangan, yang membuat Anda seketika menoleh, karena Anda dapat merasakan aura kewibawaannya.

Depok, 10 Februari 2015

HF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar